Skinnyhead, Semriwiiing!

Sebagai rasa berterimakasih kepada pihak asrama yang udah ngasih ane fasilitas mulai dari papan, pangan, sandang, pendidikan, sampai peralatan mandi sekalipun (secara Cuma-Cuma), ane dan beberapa kawan seangkatan ikut menjadi pengurus OPA. Apa itu OPA? Yang ada di lagu gangnam style bukan? Eitss bukan gan. Kan kalo di sekolah mah ada OSIS nah ini kalo di asrama ada OPA. Yaa tugasnya bantu-bantu Pembina mengenai kehidupan asrama yang njelimet.

Dalam hal ini kami harus melewati tiga tahap agar diterima jadi pengurus OPA. Pertama yaitu seleksi administrasi, eh, maksudnya tahap awal. Di sini Cuma ditanya seberapa minat menjadi pengurus dan inovasi-inovasi ketika udah menjadi pengurus. Ane lolosss di tahap ini –anjirr sombongnya—. Tahap kedua yaitu wawancara mengenai seksi yang diminati. Dan saat itu ane milih seksi perpustakaan karena ingin mencerdaskan kehidupan asrama –anjooyyy mulia banget niatnya tapi lebay—. Di tahap ini juga ane lewattt. Itu berarti ane udah setengah mateng jadi pengurus. Tinggal digoreng sedikit lagi yaitu lewat tahap PENDIDIKAN DAN PELATIHAN atau disingkat PEDEP. Eh, bukaaan! Tapi DIKLAT! Huaah serem amat ya tuh kata? Kalo di militer kan kata DIKLAT berarti para pasukan disuruh cepetcepet dalam segala hal. Mulai bangun tidur, ngerapiin kasur, pake seragam, pake sepatu, bawa-bawa senjata, makan, beol, upss maaf, dan hadir apel. Siapa yang telat sedikittt aja pasti dapet ‘hadiah’ dari pelatih. Tapi di diklat OPA ini beda yaa dari yang kek begituan. Kita damaidamai aja kok. Yang namanya diklat kan para calon pengurus diberi pengetahuan mengenai kepengurusan organisasi sesuai bagian-bagiannya. Bukannya dijadikan ladang perpeloncoan senior kepada junior, setuju? Setujuuuuu!

Balik lagi ke diklat OPA.

Oya tau gak salah satu syarat jadi pengurus OPA? Karena di awal kepengurusan nanti kami dituntut kreativitas, kecerahan, dan kejernihan pikiran maka kepala kami dibentuk semirip mungkin dengan lampu taman. Sehalus mungkin alias skinny head alias cepak alias botak! Ya elah ngaku aja susah banget.

Awalnya ane gak mau banget dibotak. Punya niat aja gak apalagi bersedia. Udah cukup aja pas MOSA dimiripin kayak bohlam.

Tapi karna niat awal kepengen jadi pengurus ya udah mau gak mau harus mau. Lagian juga kan yang botak banyakan jadi gak terlalu malu pas sekolah. Akhirnya setelah sretsretceklikceklik sama tukang cukur ane resmi jadi biksu gadungan.

Selama masa diklat seluruh calon pengurus dilatih mentalnya agar kuat saat menghadapi ombak-ombak di masa kepengurusan nanti. Di masa ini juga para peserta diberi pengarahan bagaimana menjadi pemimpin yang adil, mengurus organisasi secara baik, dan tentunya pekerjaan yang harus dilakukan sesuai seksinya masing-masing. Di akhir acara kami, secara seremonial, dimandikan kembang tujuh rupa –gak tau tuh kembang apa aja—oleh pengurus lama. Wah rasanya gimana ya? Namanya juga rupa-rupa yaa jadi baunya juga gak karuan. Oya sebelumnya kami harus “paku-bumi” dulu. Yaitu mutermuter dengan posisi badan menunduk dan jari menunjuk tanah sambil matanya terbuka. Abis itu baru jalan menuju pengurus seksi yang lama untuk dimandikan.

Jarang banget ada yang benerbener nyampe pengurus lama. Kebanyakan gugur di tengah jalan karena rasanya dunia ini mutermuter gak jelas arah. Kalo gak percaya coba aja sendiri!

demen banget lu meluk tanah Yus? :)

Oya mengenai kegundulan ane cukup jadi polemik juga sih (halah lebe). Pas ada acara Bulan Bahasa di sekolah banyak stand-stand milik siswa yang isinya makanan khas Bandung. Ehhh pas mereka ketemu ane strategi pasarnya: “makanlah makanan ini. Dijamin dalam waktu seminggu rambut Anda langsung tumbuh!” waah kurang ajar berat yaa!? Harusnya mereka bersyukur karna kalo malem kita bisa sebagai pengganti lampu. Tringg!!