Ngomong-ngomong soal guru ane punya pengalaman nih masbro.
Saat itu lagi pelajaran kimia yang dikenal angker seantero jagat sekolah. Udah
pelajarannya bikin ngebul kepala, eh guru yang ngajarnya gak bisa ngajar dengan
baik. Maksudnya di sini – eh iya sebelumnya mohon maaf bukan bermaksud untuk
mencemari nama baik ya—pertama, guru tersebut main Tanya-tanya aja soal kimia
padahal belum ngejelasin dengan lengkap. Kedua, nyerocos terus tanpa ngasih
kesempatan siswanya buat bertanya. Ketiga, ngebut banget dalam nyampein
materinya. Dan yang terakhir, yang paling parah, dia gak bisa tegas buat
nenangin temen-temen ane yang lagi pada sekarat itu. Yasudah dengan izin Allah
Yang Maha Kuasa suasana kelas pun berubah bak pasar tumpah. Di bangku barisan
belakang, dengan tidak beradabnya dan agak sopan ada yang tidur sambil menutupi
mukanya pake jaket, sms-an, maen poker, maen udel, maen upil, nyanyi-nyanyi gak
jelas, dan satu lagi, beretika layaknya kera, ada yang meniru-nirukan gaya
ngomong guru tersebut! Astaga…sebenernya masih ada lagi perbuatan-perbuatan
haram lainnya tapi gak bakalan ane bahas satusatu coz segitu aja udah parah.
Terus apa yang ane lakukan? Ehem, rahasia dehh wehehehehe.
Ups, udah ah. Balik lagi ke permasalahan! Masalah yang mana?
Ada dua kemungkinan penyebab kelas menjadi kayak gitu. Satu,
temen-temen ane yang emang lagi pada overdosis karena makan bala-bala jadi gak
mood belajar. Dan dua, karena gurunya yang masih belum biasa ngajar tigapuluh
makhluk dalam satu kelas. Ah gak mungkin wong dia ngajar sejak jaman fir’aun
pake kolor kok!
Menurut sumber bacaan yang aktual, tajam, dan terpercaya
ternyata seorang guru harus mempunyai multi-skill. Gak Cuma pinter akan materi
yang ingin ia sampaikan aja. Kemampuan berorasi pun mutlak dimiliki. Kedua
unsure tersebut kalo diibaratin kayak lilin tanpa api, gak akan menyinari
ruangan.
Terus karakteristik
guru yang kayak gimana sih yang diidam-idamin para pelajar masa kini? Tunggu
kelanjutannya hanya di ARKANTV!
Kriteria
guru favorit menurut pelajar SMA SMAN 1 Cisarua Kab. Bandung Barat:
1.
40%
serius, 60% bercanda
Jawaban inilah yang paling sering didengar
ketika ane bertanya dengan sejumlah siswa SMA Smancis. Tampaknya mereka sangat
menginginkan sosok guru yang periang, easy-going, dan suka menyelipkan lelucon
diantara keseriusan belajar. Dikatakan mereka jauh lebih memahami materi ketika
suasana santai dan tidak dituntut untuk melakukan sesuatu yang monoton seperti
menyilangkan tangan di atas meja sambil mendengarkan guru ngomong. Dan ternyata
memang benar. Menurut penelitian, otak manusia akan bekerja maksimum ketika dia
tidak dipaksa untuk bekerja secara terus-terusan. Disarankan untuk para
pengajar agar sedikitnya bisa membuat siswa rileks guna membuat pembelajaran
menjadi lebih efektif.
2.
Mempunyai Metode Pembelajaran Baru
Hal kedua yang diinginkan para siswa dari
seorang guru adalah memiliki terobosan anyar dalam mengajar. Mereka mengatakan
hanya mendengarkan materi di kelas membuat mereka cepat bosan dan mengantuk.
Hal baru seperti belajar di alam terbuka membuat mereka lebih lahap dalam
menelan materi yang dijelaskan oleh guru yang bersangkutan.
3.
Memberikan Kebebasan Terhadap Siswa
Kebebasan yang dimaksud bukannya bebas
seenak udel makan-makan atau maen petak umpet di kelas. Tetapi kebebasan dalam
mengemukakan pendapat. Terkadang ada guru yang tidak memperbolehkan siswanya
memotong pembicaraan ketika beliau sedang mengajar dikarenakan akan mengganggu
konsentrasi. Padahal ya gak apa-apa. Justru bagus yang seperti itu. Karena
membuat siswa lebih aktif dan berani dalam mengutarakan pendapatnya. Tetapi
dengan satu syarat, berbicara yang sopan dan bersangkutan dengan materi ketika
memotong pembicaraan. Seperti ngomong: “intrupsi, izin menambahkan/meralat!”
sambil mengacungkan tangan.
4.
Tidak Terpaku Pada Satu Sumber Belajar
Yang menyebabkan pendidikan Indonesia
kurang maju salah satunya adalah terpakunya pada satu sumber bacaan. Baik itu
siswanya maupun gurunya. Ane pernah ngalamin guru ngebuat soal ujian kenaikan
kelas dengan satu buku pamungkasnya yaitu LKS. Siswa hanya diperbolehkan
menjawab sesuai apa yang tertera dalam LKS itu saja. Nah lho gimana gak ribet?
Masa iya harus sama? Apa otak gak diberi kebebasan untuk menjawab berdasarkan
sumber yang lain?
5.
Menganggap Dirinya Setara Dengan Siswa
Maksudnya setara adalah menganggap tidak
lebih tinggi ilmunya dari para siswa. Ditumbuhkan prinsip “sama-sama belajar”
dalam penyampaian materinya. Hal ini berkaitan dengan poin ke-4 yakni kebebasan
memberikan pendapat. Dengan begitu para siswa akan lebih nyaman dalam belajar.
6.
Mengadakan Evaluasi Setelah Belajar
Satu hal yang membuat pengajar gengsi dan
somse (sombong sedikit) adalah merasa selalu benar. Padahal yang namanya
manusia merupakan ladangnya salah dan lupa. Jika dievaluasi apa-apa saja yang
tidak mengenakan selama belajar eh malah marah terus ilfil sama tuh murid.
Padahal jika program evaluasi ini dijalankan maka dapat dijadikan cambuk bagi
pengajar untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya dan dapat menjadi sarana
agar lebih dekat dengan para siswa.
7.
Ngasih Tugas Tambahan
Mungkin ada sebagian dari kalian yang
berpendapat bahwa PR Cuma jadi beban saat pulang ke rumah. Kan seharusnya rumah
itu tempatnya istirahat, bukan ngerjain tugas. Iya gak? Tapi menurut beberapa
responden, mereka rela dikasih tugas tambahan secara rutin karena dapat
menguatkan kembali materi yang diajarkan tadi siang di memori otak. Bahkan ada
yang meminta soal-soalnya berupa materi pengembangan dari materi sebelumnya.
Mereka jadi belajar materi selanjutnya. Dan jika ada yang belum bisa terjawab
maka dapat dijadika bahan pertanyaan di pertemuan selanjutnya.
8.
Enggak Kebanyakan Aturan
Jeng..jeng..jeng..jeng… mungkin inilah
criteria yang paling ditunggu-tunggu kalian yah? Not too much rules alias kagak
kebanyakan aturan. Guru yang memberikan segudang aturan justru membuat para
siswanya untuk lebih berani melawan aturan tersebut. Ingat kata Bang Rhoma
Irama: “Masa muda, masa yang berapi-api”. Kalo remaja es em a dicekokin beratus
aturan ya tinggal tunggu aja kapan dia berontak. Bukannya ane gak setuju ama
aturan-aturan yang dikasih guru ye! Tetapi kalo bisa kasihlah aturan-aturan
yang sewajarnya. Yang enggak membatasi gerak berpikir para remaja. Dan dengan
dua kata: tetap diawasi. Karena bisa berabe kalo remaja dibiarin begitu aja
dengan aturan yang sedikit. Jadi, seimbanglah antara aturan dan kebebasan.
Semoga
pengalaman yang berkelanjutan karangan ini dapat menjadi sedikit pencerahan
bagi para pengajar yang bingung bagaimana cara mendidik siswa dengan baik.
Akhir kata, maafin semua salah ane itu juga kalo ada (idih pede amat lu gak punya dosa). Kan ini lagi Ramadhan…gak boleh
lho saling bermusuhan…!!
Setuju arkan :) oh ya blog saya kok space down nya gak bisa ya? bisa bantu gak masbro? -_-
BalasHapus@ Muhammad Rudiansyah: spacedown tuh yang kayak apa yah? hehehehe
BalasHapusoke - oke, boleh juga.....
BalasHapusartikel yang bagus,
BalasHapussemoga menjadi inspirasi untuk para guru....
yang penting guru itu harus punya wibawa.
BalasHapusguru itu harus bisa jaga image, contoh baik untuk murid"y..
BalasHapussetuju sekali..
BalasHapussetuju sekali dengan karakter guru seperti itu..
BalasHapusi do agree
BalasHapusboleh jugaa tuuhh
BalasHapusbermanfaat sekali niihh artikelnya..
BalasHapusnice infonya,,terima kasih sudah berbagi infonya
BalasHapuskalau kita suka sama gurunya,otomatis sama mata pelajarannya pun akan suka dan tidak akan sulit,,hhe
BalasHapusKasih jempol kaki deh buat mas :D
BalasHapusJangan lupha follback yah di http://catatan-aa.blogspot.com/
wahh.. jd guru favorit itu memang harus bisa jd teladan untuk semua muridnya ...
BalasHapussukses selalu ya gan :)
seorang guru yang baik juga harus memberikan akhlaqul karimah yang baik terhadap siswa. mengembangkan kepribadian baik dan selalu uptodate terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
BalasHapusLebih dekat dengan siswa dan mengetahui tujuan sebenarnya menjadi seorang guru juga merupakan jalan menjadi guru yang baik.
BalasHapus