Urung Mendapatkan Kesaktian

Belum lama ini Ki Ageng mendapat kehormatan mengikuti wisata ziarah ke makam Wali Songo. Suatu hari ia diundang kelompok pengajian di sebuah pemukiman elit di kotanya. Dalam kesempatan itu Ki Ageng menjadi pemandu khusus yang menceritakan sejarah para wali.

Pada saat istirahat terjadi tanya jawab. Kemudian di antara peserta ziarah itu ada yang bertanya bagaimana para wali bisa mendapatkan kesaktian. Ada seorang wali yang menunjuk kolang-kaling bisa menjadi emas, sehingga membuat seorang perampok terkesima, dan akhirnya masuk Islam bahkan menjadi wali pula di Tanah Jawa.

"Perkenankan saya berbagi pengalaman saat masih muda. Saya tidak hanya bertanya, gimana sih wali bisa jadi sakti. Tetapi saya malah minta kepada Allah agar dikaruniai kesaktian seperti para wali," Tutur Ki Aman memulai kisahnya.

Ki Aman saat itu berziarah ke makam Sunan Bonang. Di situ ia memohon agar Allah melimpahkan  kekeramatan, sebagimana yang pernah dilimpahkan kepada Sunan Bonang. Ki Aman berdoa tiada henti. Sampai menjelang petang, ia tak juga mendapat getaran atau semacam isyarat doanya dikabulkan. Ia lalu mencari tempat yang agak sepi, di sebuah tiang makam. Ki Aman bersandar meluruskan kakinya yang mulai kesemutan karena terlalu lamat dilipat.

Karena lelah dan hembusan angin semilir, Ki Aman tertidur. Saat tertidur, ia bermimpi seolah Sunan Bonang hadir dan menyapanya.

"Cucuku, untuk apa mengharap seperti itu, sampai jauh-jauh datang kemari. Kalau cuma mengharapkan karomah seperti yang Allah berikan kepadaku, cobalah engkau melaksanakan ibadah sebagaimana aku beribadah. Pada dasarnya, karomah seperti yang diberikan Allah kepadaku adalah hadiah atas ibadah seorang hamba," Kata Sunan Bonang

"Bagaimana cara beribadah seperti panjenengan (baca: Anda) Kanjeng Sunan? Tanya Ki Aman dalam mimpinya.

"Pegilah kamu ke Desa Baturoyok, temui seorang lelaki. Wajahnya mirip denganku. Jadilah makmum shalat Isya di rumahnya," Jawab Sunan Bonang.

Mimpi itu terasa riil. Dan saat terbangun, Ki Aman tak menunda-nunda waktu. Bergegaslah ia pergi ke Desa Baturoyok. Saat berhasil menjumpai lelaki yang dimaksud, Ki Aman memohon bisa shalat Isya berjamaah. Lelaki itu pun menyetujui permintaan Ki Aman.

Setelah berwudhu, Ki Aman menjadi makmum. Lelaki yang mirip Sunan Bonang itu menjadi imam. Pada rakaat pertama, Ki Aman mulai gelisah. Sang imam setelah membaca surat Al-Fatihah, melanjutkan dengan surat Al-Baqarah sampai selesai.

"Padahal, kalau saya shalat, lebih suka memilih membaca Al-Ikhlas, pendek suratnya sehingga shalat saya cepat selesai," Papar Ki Aman kepada peziarah.

Karena tidak terbiasa menjadi makmum dengan bacaan yang panjang, kaki Ki Aman mulai gemetaran. Dahinya dibasahi keringat.

"Mudah-mudahan rakaat kedua nanti imam ini cukup membaca Al-Ikhlas atau An-nas," Harapnya

Ternyata harapannya tak kesampaian. Pada rakaat kedua, sang imam membaca surat Ali Imran. Dengan cara membaca yang indah dan tartil demi kekhusyukan. Hal ini membuat Ki Aman makin tidak tenang. Kali ini bukan hanya sekadar gemetar-gemetar kecil tetapi sampai jatuh terduduk. Ia tak kuasa menjadi makmum, bahka gagal menuntaskan shalat Isya berjamaah.

"Nah, hadirin, selesai terduduk saya kebablasan, tertidur kelelahan. Saya menyerah, tidak kuat shalat dengan bacaan surat panjang. Makannya, hari itu juga keinginan untuk menjadi sakti saya buag jauh-jauh. Tak perlu sampai bisa mengubah kolang kaling menjadi emas. Menjadi pencerita sejarah seperti ini saja, cukup." Ki Aman mengakhiri ceritanya.