(sumber: Kumpul Berita) |
Potong bebek angsa, angsa di kuali. Nona minta dansa, dansa empat kali. Sorong ke kanan, sorong ke kiri, syalalalalalala...
Terdengar
sayup-sayup suara cempreng itu sedang menyanyikan lagu “Potong Bebek Angsa”.
Mereka menyanyikannya sembari bermain kereta-keretaan di pekarangan rumah.
Canda, tawa, riang gembira tergambar jelas pada wajah mereka. Aku tersenyum
senang melihat anak-anak Indonesia masih mencintai permainan tradisional serta
lagu-lagu seusianya.
Namun itu semua sudah menjadi kenangan. Kebiasaan anak-anak Indonesia
menyanyikan lagu yang sesuai porsinya sudah tergerus oleh kemajuan zaman.
Sudah tidak menjadi
hal yang tabu lagi jika kita mendengar anak kecil menyanyikan lagu-lagu orang
dewasa khususnya yang bertemakan cinta. Dengan asyiknya mereka mengucapkan
setiap bait dari lirik lagu cinta tanpa mengerti apa maksudnya. Bahkan aku pun
pernah mendengar seorang anak balita menyanyikan lagu “Hamil Duluan” di dalam
masjid ketika para makmum sedang sholat! Astaghfirullah...
Ironis memang
menyaksikan kemajuan zaman justru menggerogoti masa kecil yang seharusnya
mereka dapatkan. Terkadang aku termenung, mengapa harus terjadi revolusi
industri yang menyebabkan majunya berbagai bidang kehidupan seperti politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan termasuk mudahnya mengakses informasi dari
berbagai media. Karena media merupakan faktor yang paling mempengaruhi terhadap
persebaran sosial seperti lagu.
Dari realita yang terjadi pada anak-anak Indonesia, berikut
faktor-faktor yang menjadi penyebab kebiasaan mereka menyanyikan lagu orang
dewasa...
1.
Tak Tersedianya Media Penyiaran Lagu-lagu Anak
Pernahkah
Anda menyaksikan acara musik di televisi yang menampilkan daftar lagu-lagu anak
yang sedang populer? wah enggak tuh Mas!
Saya seringnya nonton DahSyat, Inbox, sama Derings tuh! Acara-acara
tersebut justru menampilkan daftar lagu-lagu dewasa yang sedang populer. Sekarang
memang sudah agak sulit menemukan stasiun TV yang menayangkan
acara nyanyian untuk anak-anak. Tetapi jika dilihat beberapa tahun ke belakang
di stasiun TV nasional terdapat suatu acara musik khusus anak yang konsepnya
sama seperti acara musik sekarang sehingga anak-anak dapat bernyanyi bersama, riang, gembira sesuai porsinya, seperti: Arena Bocah Cilik, Cilukba, dan Tralala Trilili.
Oleh
karena tidak tersedianya wadah untuk menayangkan lagu-lagu khusus anak
menyebabkan anak Indonesia hanya dapat mendengarkan lagu-lagu yang ada walaupun
berbeda porsi.
2
Pencipta Lagu Lebih Mengutamakan Sisi Komersial
Uang
memang bukan segalanya. Tetapi segalanya butuh uang. Mungkin slogan seperti itu
membuat para komponis atau pencipta lagu makin bersemangat dalam membuat lirik
lagu tentang cinta-cintaan ataupun yang bertema dewasa lainnya. Mereka lebih
mengutamakan sisi komersial daripada efek negatif yang timbul jika lagu-lagunya
tersebut dikonsumsi oleh konsumen yang bukan umurnya. Hal ini dapat kita lihat
pada para komponis Indonesia. Coba hitung ada berapa banyak komponis yang menciptakan
beberapa bait lirik bertema kanak-kanak dibandingkan dengan komponis yang menciptakan lirik
bertema kedewasaan? Masih dapat dihitung dengan jari lah ibaratnya.
Oleh
karena itu, kini Indonesia sedang membutuhkan para komponis yang care terhadap perkembangan psikologi
anak-anak Indonesia dengan menciptakan satu dua baris lirik lagu anak. Yang dapat
merubah kebiasaan anak dalam menyanyikan lagu yang bukan porsinya. Bukan yang
menciptakan lagu semata-mata hanya untuk meraup fulus sebanyak-banyaknya.
3
Ketidak Acuhan Orangtua Terhadap Perkembangan Lagu-lagu
Dewasa
Jika
berjiwa sehat pastilah tidak ada orangtua yang mengajarkan anak-anaknya untuk
berbuat buruk. Sudah seharusnya mereka membimbing anak-anaknya ke jalan yang
benar agar terbentuk kepribadian yang baik dalam diri anak tersebut. Tetapi apa
jadinya ketika orangtua justru menganggap anak-anak mereka
menyanyikan lagu dewasa adalah sesuatu yang wajar? Bahkan ada orangtua yang
mendukung penuh buah hatinya untuk terus manggung dengan menyanyikan lagu-lagu
yang bukan porsinya.
Mereka acuh terhadap apa
yang dilakukan oleh buah hatinya. Mereka mempunyai prinsip kebebasan—khususnya
tentang lagu favorit anak—asalkan tidak melanggar aturan yang berlaku. Ah ngapain juga sih terlalu dipikirin. Toh
mereka juga belum ngerti.
4
Alunan
Musik Lebih Menonjol
Seperti yang telah kita ketahui
anak-anak di bawah umur hanya dapat menerima suatu masukan tanpa menyaringnya
terlebih dahulu. Apa saja yang masuk ke dalam pikirannya dan jika hal itu ia
anggap seru atau menyenangkan maka ia akan menyukainya.
Seperti yang sedang terjadi
sekarang, banyak lagu yang lebih menawarkan alunan melodinya daripada isi dari
lagu tersebut. Contoh lagu “Hamil Duluan”.
5
Lingkungan
yang Kurang Mendukung
Faktor lingkungan dimana anak
tinggal pula berpengaruh terhadap kebiasaan bernyanyinya. Ketika ia tinggal
dimana tetangga sekitarnya banyak yang memutar lagu dewasa maka otomatis anak
tersebut pun mengikuti kebiasaan tetangganya. Ditambah lagi dengan melihat
teman-teman sebanyanya yang sudah terkontaminasi dengan menyanyikan lagu-lagu
dewasa.
Dari berbagai faktor tersebut,
berikut akan saya paparkan mengenai pengaruh yang kemungkinan muncul ketika
anak-anak sudah biasa menyanyikan lagu-lagu dewasa.
1. Dewasa Sebelum Waktunya
Dalam
lagu-lagu cinta dapat kita dengar dengan jelas terdapat banyak sekali kata-kata
romantis seperti “aku cinta kamu”, “aku sayang kamu”, dan “sungguh, cintaku
cinta luar biasa”. Atau bahkan kata-kata yang berbau porno seperti “Belah duren
di malam hari paling enak dengan kekasih, pelan-pelan dibelah…enak bang silakan
dibelah” dan “ku hamil duluan sudah 3 bulan karena suka gelap-gelapan”. Nah
kata-kata tersebut kan belum bisa dimengerti betul oleh anak-anak. Mereka hanya
tau bahwa lagu itu enak didengar lalu mereka menyanyikannya. Hal tersebut dapat
menyebabkan si anak menjadi dewasa sebelum waktunya. Contoh: kecil-kecil sudah
mengenal dunia pacaran yang terkadang mereka sendiri yang menjadi pemainnya
walau tidak serius.
2. Tidak Mengenal Lagu Seusianya
Karena
sering bersenandung lagu-lagu dewasa maka si anak pun tidak ada kesempatan
untuk menyanyikan lagu-lagu yang seharusnya mereka nyanyikan. Hal tersebut
bahkan menyebabkan si anak tidak mengenal lagu anak-anak. Coba saja Anda suruh
pada anak-anak di sekitar lingkungan Anda –khususnya daerah perkotaan—untuk
menyanyikan lagu “Soleram”. Masih ingatkah mereka? Atau mungkin Anda sendiri
juga lupa?
3. Bobroknya Moral Pemuda
Mungkin
ini pengaruh yang paling parah jika fenomena anak menyanyikan lagu dewasa terus
berlanjut. Pemuda merupakan tulang punggung negara yang siap maju di medan
peperangan. Pemuda juga merupakan gambaran dari keadaan negara. Jika pemuda
hancur moralnya maka dapat dipastikan hancur pula negaranya. Mengutip dari
pidato Bung Karno, beliau pernah berkata: “Berikanlah aku sepuluh pemuda maka
akan ku goncangkan dunia”. Yang dimaksud pemuda di sini ialah pemuda yang kuat
secara fisik maupun ruhani. Yang bagus mentalnya dan berakhlakul karimah. Jika
semua pemuda Indonesia seperti itu maka tidak menutup kemungkinan Indonesia
menjadi negara maju.
Poin
ini berhubungan dengan masalah yang sedang dibahas. Jika anak-anak Indonesia
sebagai calon pemuda-pemudi sudah mengenal dunia cinta, kekerasan (bullying),
atau seks sedari kecil maka hancurlah Indonesia! Tak ada harapan untuk bisa
maju!
Oleh karena itu peran
orangtua sangat berperan penting dalam masalah ini. Mereka harus lebih
memperhatikan pergaulan anak-anaknya. Khususnya saat mereka menggunakan
alat-alat elektronik seperti HP atau TV. Orangtua tidak perlu membatasi
penggunaan barang-barang tersebut. Biarkanlah mereka bebas memakainya asal
dengan dosis yang tepat. Arahkan anak-anak untuk bisa menggunakannya dengan
penuh manfaat. Semisal mengarahkan anak untuk menonton acara khusus anak-anak
ketika sedang menonton TV dan bisa juga dengan mengenalkan lagu-lagu anak sejak
usia dini. Anda sebagai kakak atau orangtua usahakan untuk tidak memutar
lagu-lagu dewasa di depan mereka. Karena justru mereka akan tertarik dengan apa
yang dilakukan oleh keluarganya. Jika sudah terlanjur sering mendengar dan
mereka bertanya mengenai makna lagu tersebut, jelaskanlah dengan rinci agar
pemahaman mereka terhadap lagu tersebut benar dan tidak menimbulkan tanda tanya
besar dalam hati mengapa Anda seakan menyembunyikan sesuatu dari apa yang
mereka pertanyakan.
yupz,,btul banget kasihan banget ank skarang,,tdak mngenal lagu" seusianya,,jdi banyak ank" yg dewasa sblm wktunya,,
BalasHapusterima kasih infonya
betul banget,,banyak anak" yg tdak tahu lagu" anak,,,tidak sperti zaman dulu wktu saya kcil,,banyak lagu" anak,,,,kasihan sekali anak-anak jaman sekrang,,,hhee
BalasHapusterima kasih infonya semoga bermanfaat
kini anak-anak sudah banyak yang lebih suka nyanyian dewasa.....
BalasHapushhmmmmm
BalasHapussaya merasa kasihan
BalasHapusmanfaat infonya
BalasHapusbagus tampilannya
BalasHapusTerimakasih telah membaca tulisan ini, Kawan! :)
BalasHapussemoga ke depan nya anak anak bisa mendapatkan lagu2 anak2 seusianya, sebenarnya di penjual vcd di jalan2 banyak cuma blm pernah tampil di tv saja
BalasHapusyett...
BalasHapusbetul sekali...
waktu saya kecil, sy mash sering lagu2 anak2 di radio nd tv, skarang mah bner2 kgak da...
parah..
ZAMAAAN ZAMAN...
udah join di blog ente...
BalasHapusfollow balikya bos...
thanks
nice info...
BalasHapus@ Cak lee: Yap, masyarakat kan seringnya menonton tv bukan di vcd/dvd. jadi penyebaran lagu-lagu anak masih mendominasi melalui siaran televisi. :10
BalasHapus@ mansur's blog: yang bener Sur? bukannya udah gak ada tetapi sudah jarang... hehe
Anak2 jaman sekarang emang up2date banget yaa.. Hobinya barang2 org dewasa, dari gadget sampe lagu ~___~
BalasHapusPengaruh lingkungan ngefek berat deh pastinya :36
hii…. blognya kren..infornya bnr2 bermanfaat.
BalasHapusSaya juga punya sebuah blog yg byk membahas tentang anak2, terutama dunia lagu anak…
anda juga bisa donlot lagu anak gratis di sana..
klik http://lagu2anak.blogspot.com
kunjung balik ya…
tuker link juga boleh kalo tidak keberatan…
Salam cinta lagu2anak…
Sangat detail sekali ulasannya. Anak tidak lagi mengenal lagu seusianya, salah satunya karena produksi lagu anak yang sudah sangat langka dan orang tua yang tidak berperan aktif dalam mengajarkan anak-anaknya.
BalasHapus@ Agni: Hihi iya Mba.. faktor kedua setelah media elektronik.
BalasHapus@ Kak Zepe Lagu2anak.blogspot.com: promo nih ceritanya? hehehehe oke Mas. saya mau lihat dulu lau2 anak di blognya.. trims
@ dinneno: yaa so what should we do?? hmmm
BalasHapusAkan lebih memperhatikan
BalasHapuszaman sekarang udah jarang lagu lagu anak anak lagi yang ada anak anak jadi dewasa sebelum waktunya
BalasHapusmakasih ya info nya
BalasHapus