Kudengar dari luar suasana
di kelas saat itu sangat ramai. Terlihat beberapa siswa dan siswi mengobrol
satu sama lain di tempatnya masing-masing. Apik dan diam, tidak sambil jalan,
bersandar di pinggir meja, atau duduk di atasnya. Semuanya di kursi
masing-masing. Menurutku mereka sombong banget, ngomong sama temannya tapi
pandangan entah kemana. Ada yang lurus atau celingak-celinguk.
Lalu aku memasuki kelas
tersebut ditemani seorang guru urusan kesiswaan di salah satu sekolah di
Kecamatan Talun, Sumber, Cirebon, Pak Dindin namanya, dan betapa kagetnya
ketika mengetaui bahwa mereka…tunanetra! Aduh..ternyata aku salah duga. Maaf ya
kawan, aku engga tau lohh, suer!
Ya, waktu hari Sabtu 22
Desember lalu aku dan teman SD-ku –namanya Jaka— berkunjung ke salah satu
Sekolah Luar Biasa yang ada di Sumber (Cirebon). Kami ingin melakukan wawancara
dengan salah satu siswa SLB tersebut mengenai disabilitas yang mereka alami.
Yaa sekedar pengisi waktu liburan sekolah dan itung-itung nambah pengalaman, ya
nggak? Hehehe. Ternyata eh ternyata bukan Cuma pengalaman yang kami dapat tapi
dari juga ilmu yang engga diajarin di sekolah. Kami juga tersadar bahwa banyak
orang yang dengan segala keterbatasannya bisa melakukan hal yang lebih dari
yang kami lakukan atau melakukan apa yang engga bisa kami lakukan.
Untuk lebih jelasnya
silakan baca selengkapnya di bawah. Akan ditampilkan juga dialog asli antara
tanya (T) dan jawab (J) agar kalian ikut merasakan hawa pembicaraan kami.